Prinsip-prinsip desain sistem pembelajaran kimia
A. Pengertian Desain Pembelajaran
Beberapa tokoh yang mendefinisikan desain pembelajaran antara lain :
1. Relgeluth mendefinisikan desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang (Relgeluth, 1999).
2. Rothwell dan Kazams merumuskan desain pembelajaran terkait dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi (Rothwhell, Kazanas, 1992).
3. Gagne dkk menyatakan bahwa desain pembelajaran adalah sebuah usaha dalam membantu proses belajar seseorang, dimana proses belajar Itu sendiri mempunyai tahapan segera dan jangka panjang (Gagne, 1992).
4. Dick and Carey mendefinisikan desain pembelajaran adalah mencakup seluruh proses yang dllaksanakan pada pendekatan sistem yang terdiri dan anallsis, desain , pengembangan, implementasi dan evaluasi (Dick and Carey, 1992).
5. Seels and Richey mendefinisikan desain pembelajaran adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian, dan penilaian pengembangan. (Sheels and Richey, 1994).
6. Dari beberapa definisi diatas, dapat dilihat bahwa terdapat aspek kesamaan antara mereka. Kesamaan tersebut dapat dijabarkan bahwa desain pembelajaran merupakan prosedur kerja yang digunakan dalam proses pembelajaran agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara baik dan menghasilkan output yang baik.
Prosedur kerja tersebut memiliki tahapan-tahapan antara lain adalah analisis, perencanaan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.
B. Konsep Dasar Desain Pembelajaran
Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Proses desain sistem pembelajaran menghasilkan suatu rencana atau blueprint untuk mengarahkan pengembangan pembelajaran. Blueprint disebut pula prototipe, suatu versi fungsional dari satuan pembelajaran, biasanya masih dalam bentuk yang belum selesai, di mana efektivitas dan efisiensinya masih perlu diuji. Terdapat empat kawasan desain, yakni (1) desain sistem pembelajaran, (2) desain pesan, (3) desain strategi pembelajaran, (4) desain karakteristik peserta didik.
Desain Sistem Pembelajaran adalah prosedur yang terorganisir yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan penilaian pembelajaran. Desain pesan dalam hal ini merupakan perencanaan untuk memanipulasi bentuk fisik pesan yang mencakup pesan, belajar dan pembelajaran, media, dan desain pesan itu sendiri. Desain strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan dalam suatu pelajaran. Desain karakteristik peserta didik segi-segi latar belakang pengalaman peserta didik yang berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya.
Pembelajaran dipahami sebagai upaya yang disengaja untuk mengelola kejadian atau peristiwa belajar dalam menfasilitasi peserta didik sehingga memperoleh tujuan yang dipelajari. Jadi, desain pembelajaran berhubungan dengan memahami, memperbaiki, dan menerapkan metode pembelajaran. Desain pembelajaran juga berarti lebih dari menciptakan pembelajaran secara harfiah. Dengan demikian, definisi desain pembelajaran dapat didekati dari berbagai perspektif, yakni (1) sebagai suatu proses, (2) sebagai suatu disiplin, (3) ilmu pengetahuan, (4) sebagai realitas.
Desain pembelajaran diperlukan agar pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai efektifitas dan efisiensi. Bukan pembelajaran yang mengandalkan metode ceramah yang sering tidak terkontrol dan terkadang “ngawur” tanpa arah yang jelas. Efektif berarti melakukan sesuatu dengan benar (doing the things right) dan efisien berarti melaksanakan sesuatu yang benar (doing the right things).
C. Desain Sistem Pembelajaran
Sistem pembelajaran merupakan satu kesatuan dari beberapa komponen pembelajaran yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen pembelajaran meliputi; peserta didik, pendidik, kurikulum, bahan ajar, media pembelajaran, sumber belajar, proses pembelajaran, fasilitas, lingkungandan tujuan. Komponen-komponen tersebut hendaknya dipersiapkan atau dirancang (desain) sesuai dengan program pembelajaran yang akan dikembangkan. Reigeluth (1999: 11) menjelaskan bahwa “desain pembelajaran sebagai ilmu kadang disamakan dengan ilmu pembelajaran”. Kedua disiplin ini menaruh perhatian yang sama pada perbaikan kualitas pembelajaran. Namun para ilmuwan pembelajaran lebih menfokuskan pada pengamatan hasil pembelajaran yang muncul akibat manipulasi suatu metode dalam kondisi tertentu, hal ini dilakukan untuk memperoleh teori-teori pembelajaran (preskriptif). Bagi perancang lebih menaruh perhatian pada upaya untuk menggunakan teori-teori pembelajaran yang dihasilkan oleh ilmuwan pembelajaran untuk memperoleh hasil yang optimal memalui proses yang sistematis dan sistemik.
Untuk mendesain pembelajaran harus memahami asumsi-asumsi tentang hakekat desain sistem pembelajaran, Asumsi-asumsi yang perlu diperhatikan dalam mendesain system pembelajaran sebagai berikut: (1) desain sistem pembelajaran didasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana seseorang belajar, (2) desain sistem pembelajaran diarahkan kepada peserta didik secara individual dan kelompok, (3) hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan pengiring, (4) sasaran terakhir desain sistem pembelajaran adalah memudahkan belajar, (5) desain sistem pembelajaran mencakup semua variabel yang mempengaruhi belajar, (6) inti desain sistem pembelajaran adalah penetapan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, (metode, media, skenario, sumber belajar, sistem penilaian) yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Penyusunan desain sistem pembelajaran berpijak pada teori preskriptif. Teori preskriptif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free maksudnya bahwa teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya bahwa yang diamati dalam pengembangan teori pembelajaran preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan (I Nyoman Sudana Degeng, 1997 : 6-8).
D. Komponen Utama Desain pembelajaran
Komponen-komponen yang terdapat di dalam desain sistem pembelajaran biasanya digambarkan dalam bentuk yang direpresentasikan dalam bentuk grafis atau flow chart. Model desain sistem pembelajaran menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Menurut Morisson, Ross, dan Kemp (2001) desain sistem pembelajaran ini akan membantu pendidik sebagai perancang program atau pelaksana kegiatan pembelajaran dalam memahami kerangka teori lebih baik dan menerapkan teori tersebut untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang lebih efektif, efisien, produktif dan menarik. Desain sistem pembelajaran berperan sebagai alat konseptual, pengelolaan, komunikasi untuk menganalisis, merancang, menciptakan, mengevaluasi program pembelajaran, dan program pelatihan.
Setiap desain sistem pembelajaran memiliki keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan prosedur yang diterapkan. Perbedaan pemahaman terletak pada istilah-istilah yang digunakan. Namun demikian, model-model desain tersebut memiliki dasar prinsip yang sama dalam upaya merancang program pembelajaran yang berkualitas. Fausner (2006) berpandangan bahwa seorang perancang program pembelajaran tidak dapat menciptakan program pembelajaran yang efektif, jika hanya mengenal satu model desain pembelajaran. Perancang program pembelajaran hendaknya mampu memilih desain yang tepat sesuai dengan situasi atau setting pembelajaran yang spesifik. Untuk itu diperlukan adanya pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang model-model desain sistem pembelajaran dan cara mengimplementasikannya. Untuk merancang dan mengembangkan sistem pembelajaran, dipengaruhi oleh beberapa komponen sebagai berikut:
1) Kemampuan awal peserta didik dan potensi yang dimiliki
2) Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik
3) Analisis materi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4) Analisis aktivitas pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
5) Pengembangan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi pembelajaran dan kemampuan peserta didik
6) Strategi pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
7) Sumber belajar, adalah sumber-sumber yang dapat diakses untuk memperoleh materi yang akan dipelajari
8) Penilaian belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang dikuasai oleh peserta didik.
E. Kedudukan Desain Sistem Pembelajaran
Setiap komponen memiliki peran dan fungsi sesuai dengan konteksnya. Untuk membuat rancangan dan pengembangan sistem pembelajaran harus memahami posisi dan perannya dalam pelaksanaan pembelajaran. Kedudukan desain sistem pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran. Proses kegiatan pembelajaran secara umum meliputi tiga tahap, yaitu tahap pertama; merancang dan mengembangkan system pembelajaran, kedua penerapan desain sistem pembelajaran dan ketiga evaluasi pembelajaran.
F. MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
Dalam memahami model desain sistem pembelajaran perlu mengenal dan memahami pengelompokan model desain system pembelajaran. Menurut Gustafson dan Branch (2002) model desain sistem pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Pembagian klasifikasi ini didasarkan pada orientasi penggunaan model, yaitu; 1) Classrooms oriented model, 2) Product oriented model, 3) System oriented model. Model pertama merupakan model desain sistem pembelajaran yang diimplementasikan di dalam kelas. Model desain sistem pembelajaran kedua merupakan model yang dapat diaplikasikan unutk menciptakan produk dan program pembelajaran. Model ketiga adalah model desain sistem pembelajaran yang ditujukan untuk merancang program dan desain sistem pembelajaran dengan skala besar. Berikut ini deskripsi secara rinci dari ketiga model tersebut:
1. Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi kelas (Classrooms oriented model)
Model ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pendidik dan peserta didik akan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, produktif dan menarik. Model-model desain sistem pembelajaran yang termasuk klasifikasi ini dapat diimplementasikan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai jenjang pendidikan tinggi. Pendidik, widyaiswara, instruktur, dan dosen perlu memiliki pemahaman yang baik tentang desain sistem pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
Penggunaan model berorientasi kelas ini didasarkan pada asumsi adanya sejumlah aktivitas pembelajaran yang diselenggarakan di dalam kelas dengan waktu belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini, tugas pendidik memilih isi/materi pelajaran yang tepat, merencanakan strategi pembelajaran, menyampaikan isi/materi pelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar. Para pendidik biasanya menganggap bahwa model desain sistem pembelajaran pada dasarnya berisi langkah-langkah yang harus diikuti.
2. Model desain pembelajaran yang berorientasi produk (Product oriented model)
Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada produk, pada umumnyadidasarkan pada asumsi adanya program pembelajaran yang dikembangkan dalam kurun waktu tertentu. Model-model desain sistem pembelajaran ini menerapkan proses analisis kebutuhan yang sangat ketat.Para pengguna produk/program pembelajaran yanga dihasilkan melalui penerapan desain sistem pembelajaran pada model ini biasanya tidak memiliki kontak langsung dengan pengembang programnya. Kontak langsung antara pengguna program dan pengembang program hanya terjadi pada saat proses evaluasi terhadap prototipe program. Model-model yang berorientasi pada produk biasanya ditandai dengan empat asumsi pokok, yaitu: 1) Produk atau program pembelajaran memang sangat diperlukan, 2) Produk atau program pembelajaran baru perlu diproduksi, 3) Produk atau program pembelajaran memerlukan proses uji coba dan revisi, 4) Produk atau program pembelajaran dapat digunakan walaupun hanya dengan bimbingan dari fasilitator.
3. Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi sistem (System oriented model)
Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem dilakukan untuk mengembangkan sistem dalam skala besar seperti keseluruhan mata pelajaran atau kurikulum. Implementasi model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem memerlukan dukungan sumber daya besar dan tenaga ahli yang berpengalaman.Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem dimulai dari tahap pengumpulan data untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan implementasi solusi yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang terdapat dalam suatu sistem pembelajaran. Analisis kebutuhan dan front-end analysis dilakukan secara intensif untuk mencari solusi yang akurat. Perbedaan pokok antara model yang berorientasi sistem dengan produk terletak pada tahap atau fase desain, pengembangan, dan evaluasi. Ketiga fase ini dilakukan dalam skala yang lebih besar pada model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem.
Model- Model Desain Pembelajaran
Model desain sistem pembelajaran berperan sebagai alat konseptual, pengelolaan, komunikasi untuk menganalisis, merancang, menciptakan, mengevaluasi program pembelajaran, dan program pelatihan. Pada umumnya, setiap desain sistem pembelajaran memiliki keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan prosedur yang digunakan. Perbedaan juga kerap terdapat pada istilah-istilah yang digunakan. Namun demikian, model-model desain tersebut memiliki dasar prinsip yang sama dalam upaya merancang program pembelajaran yang berkualitas. Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Beberapa contoh dari model desain pembelajaran diuraikan secara lebih jelas berikut ini:
1) Model Dick and Carey
Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem terhadap komponen-komponen dasar desain pembelajaran yang meliputi analisis desain pengembangan, implementasi dan evaluasi. Adapun komponen dan sekaligus merupakan langkah-langkah utama dari model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick, Carey & Carey (2009) adalah:
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
2. Melakukan analisis instruksional.
3. Menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks pembelajaran.
4. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus.
5. Mengembangkan instrumen penilaian.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran.
7. Mengembangkan dan memilih bahan ajar.
8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif.
9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran.
10.Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.
Adapun Model Dick,Carey & Carey diilustrasikan melalui Bagan berikut
Keterangan Model :
1. Identifikasi tujuan pembelajaran khusus
Langkah pertama yang dilakukan dalam menerapkan model pembelajaran ini, adalah menentukuan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki peserta didik setelah menempuh program pembelajaran. Hal ini kompetensi yang harus dimiliki peserta didik adalah pemahaman tentang materi perkuliahan.
2. Analisis instruksional
Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis instruksional yaitu sebuah prosedur yang digunakan untuk menentukan ketrampilan dan pengetahuan yang relevan dan diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi. Antara lain pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang perlu dimiliki peserta didik setelah mengikuti pembelajaran..
3. Analisis peserta didik dan konteks
Selanjutnya analisis terhadap karakteristik peserta didik yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan ketrampilan yang dipelajari peserta didik dan situasi tugas yang dihadapi peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari, sedang analisis karakteristik peserta didik adalah kemampuan aktual yang dimiliki peserta didik.
4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
Dengan dasar analisis instruksional tersebut, maka dirumuskan tujuan pembelajaran khusus yang akan menjadi harapan/gambaran dari perilaku peserta didik setelah menerima pelajaran. Dalam pengembanganya tujuan pembelajaran khusus/indikator ini adalah perubahan perilaku pengetahuan mengenai materi perkuliahan.
5. Mengembangkan alat penilaian
Alat penilaian ini menjadi salah satu feedback dalam pembelajaran untuk mengetahui ketercapain tujuan dan kompetensi khusus yang telah dirumuskanya. Dalam pengembangnya alat evaluasi ini adalah performance peserta didik setelah menerima pelajaran. Apakah tingkat pemahaman peserta didik meningkat atau tidak.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dipilih adalah strategi pembelajaran yang dapat dijadikan jembatan/media transformasi apakah mendukung ketercapaian kompetensi yang telah dirumuskan.
7.Pengembangan bahan ajar
Dalam langkah ini, pengembangan bahan ajar disesuaikan dengan tujuan pembelajaran/kompetensi yang telah dirumuskan, serta disesuaikan dengan strategi pembelajaran yang digunakan..
8.Merancang evaluasi formatif
Setelah draft rancangan tentang program pembelajaran selesai dikembangkan, maka evaluasi formatif ini berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan data kekuatan dan kelemahan program pembelajaran yang telah dirancang. Model ini dikembangkan dengan menguji cobakan pada kelas kelompok kecil misalnya 2 atau 3 peserta didik atau 10 orang peserta didik dalam diskusi terbatas.
9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran
Langkah ini dilakukan setelah mendapatkan masukan dari evaluasi formatif terhadap draf program. Pada langkah ini, tidak hanya mengevaluasi terhadap draf program saja, akan tetapi pada semua sistem pembelajaran mulai dari analisis instruksional sampai evaluasi formatif.
10. Melakukan evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif merupakan evaluasi puncak terhadap program pembelajaran yang telah dirancang, setelah program tersebut dilakukan evaluasi formatif dan dilakukan revisi-revisi terhadap produk, maka evaluasi sumatif dilakukan.
2). Model Kemp
Menurut Morisson, Ross, dan Kemp (2004), model desain sistem pembelajaran ini akan membantu pendidik sebagai perancang program atau kegiatan pembelajaran dalam memahami kerangka teori dengan lebih baik dan menerapakan teori tersebut untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Desain pembelajaran model Kemp dapat dijelaskan dengan sebuah bagan berikut:
Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah, yaitu:
a) Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan tujuan umum untuk pembelajaran tiap
topiknya;
b) Menganalisis karakteristik peserta didik, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain;
c) Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolok ukur perilaku peserta didik;
d) Menentukan isi materi pelajar yang dapat mendukung tiap tujuan;
e) Pengembangan penilaian awal untuk menentukan latar belakang peserta didik dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik;
f) Memilih aktivitas dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau menentukan strategi pembelajaran, jadi peserta didik akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan;
g) Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan rencana pembelajaran;
h) Mengevaluasi pembelajaran peserta didik dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
3). Model ADDIE
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.Model ini menggunakan lima tahap pengembangan yakni: a) Analysis (analisa), b) Design (disain/perancangan), c) Development (pengembangan), d) Implementation (implementasi/eksekusi), e) Evaluation (evaluasi/umpan balik). Masing-masing langkah dideskripsikan sebagai berikut:
Langkah 1: Analisis
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta didik, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan dihasilkan adalah berupa karakteristik atau profil calon peserta didik, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
Langkah 2: Desain
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) di atas kertas harus ada terlebih dahulu. Pada tahap desain ini diperlukan: pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang SMART (spesific, measurable, applicable, realistic, dan Times ). Selanjutnya menyusun tes yang didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi. Kemudian menentukan strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat dipilih dan tentukan yang paling relevan. Di samping itu, perlu dipertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam suatu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.
Langkah 3: Pengembangan
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print atau desain yang dibuat menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan, misal diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang dikembangkan.
Langkah 4: Implementasi
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang dibuat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan dipersiapkan sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstall. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau setting tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal.
Langkah 5: Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang dibuat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang dikembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain.
Referensi
http://kuliahdesainpembelajaran.blogspot.com/2016/10/?m=1
http://mmangadypoernavancoceq.blogspot.com/2015/09/desain-pembelajaran.html?m=1
Permasalahan
1. Dari ketiga model desain pembelajaran ada ; 1) Classrooms oriented model, 2) Product oriented model, 3) System oriented model. Manakah model yang lebih efektif digunakan? Apakah ketiga model ini bisa digunakan dalam satu kali pertemuan di dalam pembelajaran kimia?
2. Dalam merancang dan mengembangkan sistem pembelajaran, dipengaruhi oleh beberapa komponen salah satunya adalah tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik. Nah, siapakah yang meninjau kembali betul tidaknya tujuan umum dan khusus ini? Apakah bisa hanya guru saja atau melibatkan orang lain?
Beberapa tokoh yang mendefinisikan desain pembelajaran antara lain :
1. Relgeluth mendefinisikan desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang (Relgeluth, 1999).
2. Rothwell dan Kazams merumuskan desain pembelajaran terkait dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi (Rothwhell, Kazanas, 1992).
3. Gagne dkk menyatakan bahwa desain pembelajaran adalah sebuah usaha dalam membantu proses belajar seseorang, dimana proses belajar Itu sendiri mempunyai tahapan segera dan jangka panjang (Gagne, 1992).
4. Dick and Carey mendefinisikan desain pembelajaran adalah mencakup seluruh proses yang dllaksanakan pada pendekatan sistem yang terdiri dan anallsis, desain , pengembangan, implementasi dan evaluasi (Dick and Carey, 1992).
5. Seels and Richey mendefinisikan desain pembelajaran adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian, dan penilaian pengembangan. (Sheels and Richey, 1994).
6. Dari beberapa definisi diatas, dapat dilihat bahwa terdapat aspek kesamaan antara mereka. Kesamaan tersebut dapat dijabarkan bahwa desain pembelajaran merupakan prosedur kerja yang digunakan dalam proses pembelajaran agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara baik dan menghasilkan output yang baik.
Prosedur kerja tersebut memiliki tahapan-tahapan antara lain adalah analisis, perencanaan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.
B. Konsep Dasar Desain Pembelajaran
Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Proses desain sistem pembelajaran menghasilkan suatu rencana atau blueprint untuk mengarahkan pengembangan pembelajaran. Blueprint disebut pula prototipe, suatu versi fungsional dari satuan pembelajaran, biasanya masih dalam bentuk yang belum selesai, di mana efektivitas dan efisiensinya masih perlu diuji. Terdapat empat kawasan desain, yakni (1) desain sistem pembelajaran, (2) desain pesan, (3) desain strategi pembelajaran, (4) desain karakteristik peserta didik.
Desain Sistem Pembelajaran adalah prosedur yang terorganisir yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan penilaian pembelajaran. Desain pesan dalam hal ini merupakan perencanaan untuk memanipulasi bentuk fisik pesan yang mencakup pesan, belajar dan pembelajaran, media, dan desain pesan itu sendiri. Desain strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan dalam suatu pelajaran. Desain karakteristik peserta didik segi-segi latar belakang pengalaman peserta didik yang berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya.
Pembelajaran dipahami sebagai upaya yang disengaja untuk mengelola kejadian atau peristiwa belajar dalam menfasilitasi peserta didik sehingga memperoleh tujuan yang dipelajari. Jadi, desain pembelajaran berhubungan dengan memahami, memperbaiki, dan menerapkan metode pembelajaran. Desain pembelajaran juga berarti lebih dari menciptakan pembelajaran secara harfiah. Dengan demikian, definisi desain pembelajaran dapat didekati dari berbagai perspektif, yakni (1) sebagai suatu proses, (2) sebagai suatu disiplin, (3) ilmu pengetahuan, (4) sebagai realitas.
Desain pembelajaran diperlukan agar pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai efektifitas dan efisiensi. Bukan pembelajaran yang mengandalkan metode ceramah yang sering tidak terkontrol dan terkadang “ngawur” tanpa arah yang jelas. Efektif berarti melakukan sesuatu dengan benar (doing the things right) dan efisien berarti melaksanakan sesuatu yang benar (doing the right things).
C. Desain Sistem Pembelajaran
Sistem pembelajaran merupakan satu kesatuan dari beberapa komponen pembelajaran yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen pembelajaran meliputi; peserta didik, pendidik, kurikulum, bahan ajar, media pembelajaran, sumber belajar, proses pembelajaran, fasilitas, lingkungandan tujuan. Komponen-komponen tersebut hendaknya dipersiapkan atau dirancang (desain) sesuai dengan program pembelajaran yang akan dikembangkan. Reigeluth (1999: 11) menjelaskan bahwa “desain pembelajaran sebagai ilmu kadang disamakan dengan ilmu pembelajaran”. Kedua disiplin ini menaruh perhatian yang sama pada perbaikan kualitas pembelajaran. Namun para ilmuwan pembelajaran lebih menfokuskan pada pengamatan hasil pembelajaran yang muncul akibat manipulasi suatu metode dalam kondisi tertentu, hal ini dilakukan untuk memperoleh teori-teori pembelajaran (preskriptif). Bagi perancang lebih menaruh perhatian pada upaya untuk menggunakan teori-teori pembelajaran yang dihasilkan oleh ilmuwan pembelajaran untuk memperoleh hasil yang optimal memalui proses yang sistematis dan sistemik.
Untuk mendesain pembelajaran harus memahami asumsi-asumsi tentang hakekat desain sistem pembelajaran, Asumsi-asumsi yang perlu diperhatikan dalam mendesain system pembelajaran sebagai berikut: (1) desain sistem pembelajaran didasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana seseorang belajar, (2) desain sistem pembelajaran diarahkan kepada peserta didik secara individual dan kelompok, (3) hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan pengiring, (4) sasaran terakhir desain sistem pembelajaran adalah memudahkan belajar, (5) desain sistem pembelajaran mencakup semua variabel yang mempengaruhi belajar, (6) inti desain sistem pembelajaran adalah penetapan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, (metode, media, skenario, sumber belajar, sistem penilaian) yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Penyusunan desain sistem pembelajaran berpijak pada teori preskriptif. Teori preskriptif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free maksudnya bahwa teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya bahwa yang diamati dalam pengembangan teori pembelajaran preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan (I Nyoman Sudana Degeng, 1997 : 6-8).
D. Komponen Utama Desain pembelajaran
Komponen-komponen yang terdapat di dalam desain sistem pembelajaran biasanya digambarkan dalam bentuk yang direpresentasikan dalam bentuk grafis atau flow chart. Model desain sistem pembelajaran menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Menurut Morisson, Ross, dan Kemp (2001) desain sistem pembelajaran ini akan membantu pendidik sebagai perancang program atau pelaksana kegiatan pembelajaran dalam memahami kerangka teori lebih baik dan menerapkan teori tersebut untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang lebih efektif, efisien, produktif dan menarik. Desain sistem pembelajaran berperan sebagai alat konseptual, pengelolaan, komunikasi untuk menganalisis, merancang, menciptakan, mengevaluasi program pembelajaran, dan program pelatihan.
Setiap desain sistem pembelajaran memiliki keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan prosedur yang diterapkan. Perbedaan pemahaman terletak pada istilah-istilah yang digunakan. Namun demikian, model-model desain tersebut memiliki dasar prinsip yang sama dalam upaya merancang program pembelajaran yang berkualitas. Fausner (2006) berpandangan bahwa seorang perancang program pembelajaran tidak dapat menciptakan program pembelajaran yang efektif, jika hanya mengenal satu model desain pembelajaran. Perancang program pembelajaran hendaknya mampu memilih desain yang tepat sesuai dengan situasi atau setting pembelajaran yang spesifik. Untuk itu diperlukan adanya pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang model-model desain sistem pembelajaran dan cara mengimplementasikannya. Untuk merancang dan mengembangkan sistem pembelajaran, dipengaruhi oleh beberapa komponen sebagai berikut:
1) Kemampuan awal peserta didik dan potensi yang dimiliki
2) Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik
3) Analisis materi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4) Analisis aktivitas pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
5) Pengembangan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi pembelajaran dan kemampuan peserta didik
6) Strategi pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
7) Sumber belajar, adalah sumber-sumber yang dapat diakses untuk memperoleh materi yang akan dipelajari
8) Penilaian belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang dikuasai oleh peserta didik.
E. Kedudukan Desain Sistem Pembelajaran
Setiap komponen memiliki peran dan fungsi sesuai dengan konteksnya. Untuk membuat rancangan dan pengembangan sistem pembelajaran harus memahami posisi dan perannya dalam pelaksanaan pembelajaran. Kedudukan desain sistem pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran. Proses kegiatan pembelajaran secara umum meliputi tiga tahap, yaitu tahap pertama; merancang dan mengembangkan system pembelajaran, kedua penerapan desain sistem pembelajaran dan ketiga evaluasi pembelajaran.
F. MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
Dalam memahami model desain sistem pembelajaran perlu mengenal dan memahami pengelompokan model desain system pembelajaran. Menurut Gustafson dan Branch (2002) model desain sistem pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Pembagian klasifikasi ini didasarkan pada orientasi penggunaan model, yaitu; 1) Classrooms oriented model, 2) Product oriented model, 3) System oriented model. Model pertama merupakan model desain sistem pembelajaran yang diimplementasikan di dalam kelas. Model desain sistem pembelajaran kedua merupakan model yang dapat diaplikasikan unutk menciptakan produk dan program pembelajaran. Model ketiga adalah model desain sistem pembelajaran yang ditujukan untuk merancang program dan desain sistem pembelajaran dengan skala besar. Berikut ini deskripsi secara rinci dari ketiga model tersebut:
1. Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi kelas (Classrooms oriented model)
Model ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pendidik dan peserta didik akan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, produktif dan menarik. Model-model desain sistem pembelajaran yang termasuk klasifikasi ini dapat diimplementasikan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai jenjang pendidikan tinggi. Pendidik, widyaiswara, instruktur, dan dosen perlu memiliki pemahaman yang baik tentang desain sistem pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
Penggunaan model berorientasi kelas ini didasarkan pada asumsi adanya sejumlah aktivitas pembelajaran yang diselenggarakan di dalam kelas dengan waktu belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini, tugas pendidik memilih isi/materi pelajaran yang tepat, merencanakan strategi pembelajaran, menyampaikan isi/materi pelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar. Para pendidik biasanya menganggap bahwa model desain sistem pembelajaran pada dasarnya berisi langkah-langkah yang harus diikuti.
2. Model desain pembelajaran yang berorientasi produk (Product oriented model)
Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada produk, pada umumnyadidasarkan pada asumsi adanya program pembelajaran yang dikembangkan dalam kurun waktu tertentu. Model-model desain sistem pembelajaran ini menerapkan proses analisis kebutuhan yang sangat ketat.Para pengguna produk/program pembelajaran yanga dihasilkan melalui penerapan desain sistem pembelajaran pada model ini biasanya tidak memiliki kontak langsung dengan pengembang programnya. Kontak langsung antara pengguna program dan pengembang program hanya terjadi pada saat proses evaluasi terhadap prototipe program. Model-model yang berorientasi pada produk biasanya ditandai dengan empat asumsi pokok, yaitu: 1) Produk atau program pembelajaran memang sangat diperlukan, 2) Produk atau program pembelajaran baru perlu diproduksi, 3) Produk atau program pembelajaran memerlukan proses uji coba dan revisi, 4) Produk atau program pembelajaran dapat digunakan walaupun hanya dengan bimbingan dari fasilitator.
3. Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi sistem (System oriented model)
Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem dilakukan untuk mengembangkan sistem dalam skala besar seperti keseluruhan mata pelajaran atau kurikulum. Implementasi model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem memerlukan dukungan sumber daya besar dan tenaga ahli yang berpengalaman.Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem dimulai dari tahap pengumpulan data untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan implementasi solusi yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang terdapat dalam suatu sistem pembelajaran. Analisis kebutuhan dan front-end analysis dilakukan secara intensif untuk mencari solusi yang akurat. Perbedaan pokok antara model yang berorientasi sistem dengan produk terletak pada tahap atau fase desain, pengembangan, dan evaluasi. Ketiga fase ini dilakukan dalam skala yang lebih besar pada model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem.
Model- Model Desain Pembelajaran
Model desain sistem pembelajaran berperan sebagai alat konseptual, pengelolaan, komunikasi untuk menganalisis, merancang, menciptakan, mengevaluasi program pembelajaran, dan program pelatihan. Pada umumnya, setiap desain sistem pembelajaran memiliki keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan prosedur yang digunakan. Perbedaan juga kerap terdapat pada istilah-istilah yang digunakan. Namun demikian, model-model desain tersebut memiliki dasar prinsip yang sama dalam upaya merancang program pembelajaran yang berkualitas. Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Beberapa contoh dari model desain pembelajaran diuraikan secara lebih jelas berikut ini:
1) Model Dick and Carey
Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem terhadap komponen-komponen dasar desain pembelajaran yang meliputi analisis desain pengembangan, implementasi dan evaluasi. Adapun komponen dan sekaligus merupakan langkah-langkah utama dari model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick, Carey & Carey (2009) adalah:
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
2. Melakukan analisis instruksional.
3. Menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks pembelajaran.
4. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus.
5. Mengembangkan instrumen penilaian.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran.
7. Mengembangkan dan memilih bahan ajar.
8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif.
9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran.
10.Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.
Adapun Model Dick,Carey & Carey diilustrasikan melalui Bagan berikut
Keterangan Model :
1. Identifikasi tujuan pembelajaran khusus
Langkah pertama yang dilakukan dalam menerapkan model pembelajaran ini, adalah menentukuan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki peserta didik setelah menempuh program pembelajaran. Hal ini kompetensi yang harus dimiliki peserta didik adalah pemahaman tentang materi perkuliahan.
2. Analisis instruksional
Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis instruksional yaitu sebuah prosedur yang digunakan untuk menentukan ketrampilan dan pengetahuan yang relevan dan diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi. Antara lain pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang perlu dimiliki peserta didik setelah mengikuti pembelajaran..
3. Analisis peserta didik dan konteks
Selanjutnya analisis terhadap karakteristik peserta didik yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan ketrampilan yang dipelajari peserta didik dan situasi tugas yang dihadapi peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari, sedang analisis karakteristik peserta didik adalah kemampuan aktual yang dimiliki peserta didik.
4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
Dengan dasar analisis instruksional tersebut, maka dirumuskan tujuan pembelajaran khusus yang akan menjadi harapan/gambaran dari perilaku peserta didik setelah menerima pelajaran. Dalam pengembanganya tujuan pembelajaran khusus/indikator ini adalah perubahan perilaku pengetahuan mengenai materi perkuliahan.
5. Mengembangkan alat penilaian
Alat penilaian ini menjadi salah satu feedback dalam pembelajaran untuk mengetahui ketercapain tujuan dan kompetensi khusus yang telah dirumuskanya. Dalam pengembangnya alat evaluasi ini adalah performance peserta didik setelah menerima pelajaran. Apakah tingkat pemahaman peserta didik meningkat atau tidak.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dipilih adalah strategi pembelajaran yang dapat dijadikan jembatan/media transformasi apakah mendukung ketercapaian kompetensi yang telah dirumuskan.
7.Pengembangan bahan ajar
Dalam langkah ini, pengembangan bahan ajar disesuaikan dengan tujuan pembelajaran/kompetensi yang telah dirumuskan, serta disesuaikan dengan strategi pembelajaran yang digunakan..
8.Merancang evaluasi formatif
Setelah draft rancangan tentang program pembelajaran selesai dikembangkan, maka evaluasi formatif ini berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan data kekuatan dan kelemahan program pembelajaran yang telah dirancang. Model ini dikembangkan dengan menguji cobakan pada kelas kelompok kecil misalnya 2 atau 3 peserta didik atau 10 orang peserta didik dalam diskusi terbatas.
9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran
Langkah ini dilakukan setelah mendapatkan masukan dari evaluasi formatif terhadap draf program. Pada langkah ini, tidak hanya mengevaluasi terhadap draf program saja, akan tetapi pada semua sistem pembelajaran mulai dari analisis instruksional sampai evaluasi formatif.
10. Melakukan evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif merupakan evaluasi puncak terhadap program pembelajaran yang telah dirancang, setelah program tersebut dilakukan evaluasi formatif dan dilakukan revisi-revisi terhadap produk, maka evaluasi sumatif dilakukan.
2). Model Kemp
Menurut Morisson, Ross, dan Kemp (2004), model desain sistem pembelajaran ini akan membantu pendidik sebagai perancang program atau kegiatan pembelajaran dalam memahami kerangka teori dengan lebih baik dan menerapakan teori tersebut untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Desain pembelajaran model Kemp dapat dijelaskan dengan sebuah bagan berikut:
a) Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan tujuan umum untuk pembelajaran tiap
topiknya;
b) Menganalisis karakteristik peserta didik, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain;
c) Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolok ukur perilaku peserta didik;
d) Menentukan isi materi pelajar yang dapat mendukung tiap tujuan;
e) Pengembangan penilaian awal untuk menentukan latar belakang peserta didik dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik;
f) Memilih aktivitas dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau menentukan strategi pembelajaran, jadi peserta didik akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan;
g) Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan rencana pembelajaran;
h) Mengevaluasi pembelajaran peserta didik dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
3). Model ADDIE
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.Model ini menggunakan lima tahap pengembangan yakni: a) Analysis (analisa), b) Design (disain/perancangan), c) Development (pengembangan), d) Implementation (implementasi/eksekusi), e) Evaluation (evaluasi/umpan balik). Masing-masing langkah dideskripsikan sebagai berikut:
Langkah 1: Analisis
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta didik, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan dihasilkan adalah berupa karakteristik atau profil calon peserta didik, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
Langkah 2: Desain
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) di atas kertas harus ada terlebih dahulu. Pada tahap desain ini diperlukan: pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang SMART (spesific, measurable, applicable, realistic, dan Times ). Selanjutnya menyusun tes yang didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi. Kemudian menentukan strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat dipilih dan tentukan yang paling relevan. Di samping itu, perlu dipertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam suatu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.
Langkah 3: Pengembangan
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print atau desain yang dibuat menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan, misal diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang dikembangkan.
Langkah 4: Implementasi
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang dibuat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan dipersiapkan sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstall. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau setting tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal.
Langkah 5: Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang dibuat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang dikembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain.
Referensi
http://kuliahdesainpembelajaran.blogspot.com/2016/10/?m=1
http://mmangadypoernavancoceq.blogspot.com/2015/09/desain-pembelajaran.html?m=1
Permasalahan
1. Dari ketiga model desain pembelajaran ada ; 1) Classrooms oriented model, 2) Product oriented model, 3) System oriented model. Manakah model yang lebih efektif digunakan? Apakah ketiga model ini bisa digunakan dalam satu kali pertemuan di dalam pembelajaran kimia?
2. Dalam merancang dan mengembangkan sistem pembelajaran, dipengaruhi oleh beberapa komponen salah satunya adalah tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik. Nah, siapakah yang meninjau kembali betul tidaknya tujuan umum dan khusus ini? Apakah bisa hanya guru saja atau melibatkan orang lain?
untuk menjawab nomor 2 saya memilih Desain instruksional, dimana desain intruksional ini dibagi menjadi 4 yaitu
BalasHapusdesain instruksional sebagai sebuah proses
• sebagai pengembangan yang sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan belajar dan teori instruksional untuk menjamin mutu pengajaran. Desain instruksional mencakup seluruh proses analisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran dan pengembangan sistem penyajian untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ini termasuk pengembangan bahan ajar dan kegiatan, dan uji coba dan evaluasi dari semua kegiatan pengajaran dan pelajar
Desain instruksional sebagai sebuah disiplin
• cabang pengetahuan yang menaruh perhatian pada penelitian dan teori tentang strategi pembelajaran dan proses untuk mengembangkan dan penerapannya.
Desain instruksional sebagai sains
• ilmu menciptakan spesifikasi rinci untuk pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemyang memfasilitasi pembelajaran pada unit-unit besar dan kecil dari materi pelajaran di semua tingkat yang kompleks
Desain instruksional sebagai realitas
• Desain instruksional dapat mulai pada setiap titik dalam proses desain. Seringkali secercah ide dikembangkan untuk memberikan inti dari situasi instruksi. Pada saat seluruh proses dilakukan desainer melihat ke belakang dan dia atau dia memeriksa untuk melihat bahwa semua bagian dari “ilmu” telah diperhitungkan. Kemudian seluruh proses ditulis seolah-olah itu terjadi secara sistematis
untuk model desainny sendiri bisa menggunakan model kemp atau model pjbl
Menjawab permasalahan pertama, dari ketiga model yaitu 1) Classrooms oriented model, 2) Product oriented model, 3) System oriented model, menurut saya tidak bisa ketiga model ini dilakukan satu kali pertemuan dalam pembelajaran kimia karna Model pertama merupakan model desain sistem pembelajaran yang diimplementasikan di dalam kelas. Model desain sistem pembelajaran kedua merupakan model yang dapat diaplikasikan unutk menciptakan produk dan program pembelajaran. Model ketiga adalah model desain sistem pembelajaran yang ditujukan untuk merancang program dan desain sistem pembelajaran dengan skala besar. untuk model yang ketiga ini desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem yang memerlukan dukungan sumber daya besar dan tenaga ahli yang berpengalaman. dan model yang efektif untuk dalam pembelajaran kimia dikelas menurut saya Classrooms oriented model.
BalasHapuslalu, mengapa classroom oriented anda pilih sebagai yang paling efektif? apakah dua model lainnya tidak dapat memenuhi kebutuhan siswa di kelas?
Hapussaya ingin menjawab pertanyaan lanjutan dari saudari rina. sebelumnya saya sependapat dengan saudari dian, fanny dan rini
Hapusmenurut saya mengapa model classroom oriented ini dipilih sebagai desain yang dianggap mendekati paling efektif yakni bukan karena 2 model lain tidak cukup baik, namun pada model classroom siswa lebih bisa bereksplorasi dengan teman sebayanya dan bisa menjalankan peer-tutoring bersama dengan teman sekelasnya, mereka bisa bertukar pikirian, baik itu dengan siswa yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi, rendah maupun sedang, siswa yang berkecerdasan tinggi daat membagikan pemahamannya kepada teman yang tingkat kecerdasannya kurang (kurang paham) dengan demikian tujuan yang diharapkan pada pembelajaran akan lebih mudah tercapai, karena tidak bertitikpusat pada guru saja tetapi juga dengan diskusi antara siswa-siswa,siswa-guru.
Alasan mengapa memilih classroom oriented karna Model ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pendidik dan peserta didik akan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, produktif dan menarik. Penggunaan model berorientasi kelas ini didasarkan pada asumsi adanya sejumlah aktivitas pembelajaran yang diselenggarakan di dalam kelas dengan waktu belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. dan dalam hal ini bukan berarti 2 model lainnya tidak dapat memenuhi kebutuhan siswa dikelas namun pada model classroom siswa lebih bisa bereksplorasi dengan teman sebayanya dan bisa menjalankan peer-tutoring bersama dengan teman sekelasnya.
HapusSaya setuju dengan pendapat saudari rini dimana dpt membantu siswa untuk tutor sebanya jadi siswa lebih leluasa karena belajar dengan teman jadi lebih asik, siswa yg memiliki kemampuan lebih tingfi bisa mengayami siswa yang kemampuannya kurang dan sedang. Siswa yg kemampuan rendah pun jadi tidak merasa terbebani.
HapusIngin menjawab pertnyaan nomor 1 saya setuju dengan saudari rini bahwa 3 model desain itu tidak bisa di pakai dalam pembelajaran untuk 1 pertemuan. Karena disini yg di maksud "model" adalah model bagaimana kita memdesain suatu sistem pembelajaran. Bukan model pembelajaran yg akan di pakai dalm proses belajar mengajar. Melainkan model pembeljaran itu nntiny ada di dalam komponen komponen utama desain pembeljaran.
BalasHapusBicara tentang desain pembelejaran. Atau penyusunan suatu sisstem pembeljaran perlu memahami dan mengenal pengelompokkan model desain sistem pembelajaran yaitu 1. Classroom oriented model 2. Product oriented model 3.sistem oriented model.
Nah dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajan ada baiknnya guru mendesain sistem pembelajaran dengan model yang berorientasi pda kelas. Agar kebutuhan pendidik dan peserta didik akan aktifitas yanh efektif produktif dan menarik bisa terpenuhi. Model2 desain sistem pembelajran yang termasuk pada klasifikasinini dapat di implementasikan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai jenjag pendidikan tinggi. Pendidik widyaiswara instruktur dan dosen perlu memiliki pemhaman yang baik tentang sistem pembelajran yang efektif efisien dan menarik.
Penggunaan model desain sistem pembelajaran yg berorientasi pada kelas ini di dasarkan pada aasumsi adanya sejumlah aktivitas pembelajran yang dibselenggarakn di dalam kelas dengan waktu belajar yg telah ditetapkan sebelumnya. Dalm hal ini tugas pendidik memilih isi/materi pelajaran yang tepat, merencanakan strategi pembelajran dimana dalam strategi ini lah di gunakan model pembelajaran yg di maksud saudari rina tdi bisa dalam 1 kali pertemuan, mnyampaikan isi/materi pelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar. Para pendidik biasanya menganggap bahwa model desain sistem pembelajran pada dasarnya berisi langkah2 yg harus di ikuti.
Menjawab permasalahan pertama, saya setuju dengan Rini dan Dian. Dari ketiga model desain pembelajaran ada ; 1) Classrooms oriented model, 2) Product oriented model, 3) System oriented model. Kita tidak bisa menentukannya hanya dalam satu kali pertemuan karena ini merupakan suatu model dalam mendesain suatu pembelajaran bukan suatu model pembelajaran. Dimana dalam mendesain kita tidak bisa menjudge model mana yang efektif. Tapi harus dilihat dari kebutuhan yang ada saat itu. Bila kelas memerlukan suatu desain yang dapat mengubah sintak-sintak pembelajaran agar tercapai pembelajaran yang lebih baik maka digunakan Model orientasi kelas. Namun jika dibutuhkan suatu produk untuk menambah keberlangsungan proses belajar misal dibutuhkan kemudahan agar konsep kimia yang abstrak dapat diserap dalam bentuk kongkret maka dibutuhkan suatu produk media maka digunakan desain orientasi produk. Apabila model desain pembelajaran dalam orientasi sistem digunakan maka dibutuhkan suatu perubahan besar seperti tujuan kurikulum mata pelajarannya. Yang membedakan model orientasi produk dan sistem, tahap atau fase desain, pengembangan, dan evaluasi. Ketiga fase ini dilakukan dalam skala yang lebih besar pada model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem.
Hapusuntuk dian, jika memang seperti itu, kapankah desain sistem pembelajaran ini dapat dievaluasi?
Hapusdan untuk fanny, memang benar guru harus melihat kebutuhan siswa yang ada di dalam kelas. namun, bagaimana jika pada penerimaan siswa baru guru belum pernah mengajar anak kelas X tsb. bagaimana bisa guru menentukan kebutuhan anak tsb cocok dengan desain sistem yg guru pilih?
HapusKapan di evaluasi setelah proses pelaksanaan atau penerapan desain pembelajaran selesai di jalankan karena di akhir nnti ada tahap evaluasi desain pembelajaran.
HapusBiasanya dalam kasus anak baru, hari pertama guru melakukan orientasi terlebih dahulu dan belum melaksanakan proses belajar agar setidaknya di awal guru sudah mengetahui seperti apa peserta didik yang akan di ajar.
BalasHapusbenar yang dikomentari oleh fani bahwa dalam kasus siswa baru, hari pertama guru hanya melakukan orientasi terlebih dahulu dan belum melaksanakan proses belajar agar setidaknya di awal guru sudah mengetahui seperti apa karakter peserta didik yang akan di ajar dan juga guru menyampaikan silabus serta kompetensi dasar dan materi yang akan dipelajari
HapusMenanggapi permalsalah nomor 2 mengenai siapakah yang meninjau betul tidaknya tujuan yang telah di buat guru, dan apakah bisa hanya guru saja atau melibatkan orang lain. Menurut saya yg meninjau betul atau tidaknya tujuan tersebut tidak bisa hanya guru saja, peninjauan tersebut akan melibatkan bebepa orang, yang pertama adalah koordinator MGMP perbidang studi disekolah, koordinator tersebut telah pilih berdasarkan tingkat pengalaman mengajarnya dan telah mengikuti beberapa pelatihan mengenai kurikulum yang digunakan saat ini, selanjutnya dari koordinator akan di laporkan hasilnya kepada kepala sekolah lalu dari kepala sekoklah akan di lapokar lagi kepada penilik perbidang studi yang berasal dari dinas kota ataupun provinsi.
BalasHapussaya sependapat dengan saudari fira dengan permasalahan ke 2 :
HapusDalam merancang dan mengembangkan sistem pembelajaran, dipengaruhi oleh beberapa komponen salah satunya adalah tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik. Nah, siapakah yang meninjau kembali betul tidaknya tujuan umum dan khusus ini? Apakah bisa hanya guru saja atau melibatkan orang lain?
Menurut saya betul atau tidaknya tujuan tersebut tidak bisa hanya guru saja, peninjauan tersebut akan melibatkan beberapa orang, yang pertama adalah koordinator MGMP perbidang studi disekolah, koordinator tersebut telah pilih berdasarkan tingkat pengalaman mengajarnya dan telah mengikuti beberapa pelatihan mengenai kurikulum yang digunakan saat ini, selanjutnya dari koordinator akan di laporkan hasilnya kepada kepala sekolah lalu dari kepala sekoklah akan di lapokar lagi kepada penilik perbidang studi yang berasal dari dinas kota ataupun provinsi.
Dalam merancang dan mengembangkan sistem pembelajaran, dipengaruhi oleh beberapa komponen salah satunya adalah tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik. Nah, siapakah yang meninjau kembali betul tidaknya tujuan umum dan khusus ini? Apakah bisa hanya guru saja atau melibatkan orang lain?
BalasHapussaya setuju dengan fira bahwa yg meninjau betul atau tidaknya tujuan tersebut tidak bisa hanya guru saja, peninjauan tersebut akan melibatkan bebepa orang, yang pertama adalah koordinator MGMP perbidang studi disekolah, walaupun kegiatan merumuskan tujuan pembelajaran merupakan salah satu tugas penting yang harus dilaksanakan guru. Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik, dinyatakan dalam bentuk perilaku atau penampilan, yang di dalamnya tercakup perubahan perilaku siawa secara menyeluruh.
Saya memilih classroom oriented karena memabg hal ini lah yang merupakan kebutuhan siswa, bukan berarti 2 model lainnya tidak dapat memenuhi kebutuhan siswa dikelas namun pada model classroom siswa lebih bisa bereksplorasi dengan teman sebayanya
BalasHapus
BalasHapusDalam merancang dan mengembangkan sistem pembelajaran, dipengaruhi oleh beberapa komponen salah satunya adalah tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik. Nah, siapakah yang meninjau kembali betul tidaknya tujuan umum dan khusus ini?
Guru, dan asesor atau dari dinas yng mengecek kesiapan prangkat mengajar guru.
Apakah bisa hanya guru saja atau melibatkan orang lain?
Bisa hanya guru saja, dengan berpedoman pada kurikulum yg di terapkan, alangkah lebih baik ad teman yang mengeceknya jga.
setiap model mempunyai jiwa dan ciri khas nya sendiri. memiliki aspek-aspek penekanan sendiri. Bisa diinovasi sintaknya. namun untuk penerapan ketiga sekaligus, saya ras akan sedikit susah.
BalasHapus