designing authetic assessment for high order thinking skills (HOTS)
High Order Thingking Skills atau sering disingkat HOTS pada saat ini menjadi
terminologi yang sering disebut dan didiskusikan oleh insan pendidikan di
Indoensia. HOTS juga menjadi landasan dari implementsi Kurikulum 2013.
Pemerintah menginginkan sekolah dapat mencetak lulusan yang mempunyai kemampuan
berpikir tingkat tinggi (HOTS).
HOTS adalah cara berpikir yang tidak saja mengingat dan menerapkan. HOTS
adalah berpikir analitik dan kreatif. Siswa-siswa di Indonesia diharapkan
mempunyai kemampuan analisis dan kreasi. Konsep HOTS sebetulnya didasari pada
teori kecerdasan yang sering disebut taxonomy Bloom. Bloom dalam teorinya
membagi tingkat berpikir manusia sampai 6 level yang meliputi mengingat (C1),
memahami (C2), menerapkan (C3), Menganalisis (C4), Menilai/Mengevaluasi (C5),
dan Mengkreasi (C6).
Berpikir tingkat tinggi kalau dilihat dari level taxonomy bloom adalah
berpikir yang sudah masuk pada level menganalisis (C4), menilai/mengevalusi (C5),
dan mengkreasi (C6).
Pemerintah Indonesia pada saat ini berupaya keras mencetak lulusan
sekolah atau perguruan tinggi yang mampu berpikir tingkat tinggi. Upaya keras
pemerintah ini didasarkan hasil evalusi PISA dimana siswa-siswa di Indonesia
belum terbiasa berpikir tinggi. PISA adalah adalah merupakan akronim dari "Programme
International Student Assesment".
PISA dikenalkan oleh OECD (Organization For Economic Co-operation and
Development). Pisa menguji penguasaan remaja berusia 15 tahun terhadap kemampuan
membaca, sains, dan matematika. Hasil evaluasi PISA 2015 menunjukan performa
siswa-siswi Indonesia masih tergolong rendah. Berturut-turut rata-rata skor
pencapaian siswa-siswi Indonesia untuk sains, membaca, dan matematika berada di
peringkat 62, 61, dan 63 dari 69 negara yang dievaluasi (Hazrul Iswadi,
www.ubaya.ac.id). Siswa Indonesia kebanyakan jatuh pada saat mengerjakan soal
yang bersifat HOTS. Hal ini terjadi karena siswa di Indoensia lebih banyak
diajar untuk menghafal dan menerapkan bukan menganilis masalah dan memecahkan
masalah.
Abad 21 adalah abad teknologi informasi. Pada era teknologi informasi
pengetahuan sangat didapat dan dipelajari oleh masyarakat. Pada saat ini ada
orang yang mampu membuat bom dengan daya ledak yang tinggi meski orang tersebut
belum pernah pelatihan membuat BOM. Akses internet yang mudah menyebabkan
sebuah pengetahuan dapat dipelajari secara mandiri.
Mudahnya akses informasi juga menyebabkan perubahan yang cepat dalam
bidang pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Temuan sebuah
pengetahuan/teknologi baru akan diikuti temuan yang baru lagi. Kondisi ini
menyebabkan persaingan yang tajam, orang yang mampu mengikuti perubahan yang
akan mampu bertahan.
Kreativitas oleh karena itu menjadi kompetensi yang amat dibutuhkan.
Bernie Trilling dan Charles Fadel dalam bukunya 21 ST Century Skills menulis
kompetensi yang wajib dimiliki pada abad 21 adalah kreativitas dan problem
solving.
Gelombang informasi juga perlu disikapi secara kritis. Pada akhir-akhir
ini hoax menjadi hantu yang menakutkan. Dalam era teknologi informasi hoax atau
berita palsu akan sangat mudah tersebar. Pada tahun 2012 tentu kita masih ingat
adanya berita kiamat 2012. Berita bahwa dunia akan berakhir pada tahun 2012
tersebar dengan cepat di seluruh penjuru dunia.
Dampaknya luar biasa. Berita tersebut mampu menyihir banyak orang.
Banyak orang yang mempercayai berita tersebut. Bahkan tidak sedikit orang yang
melakukan bunuh diri karena percaya dengan berita tersebut. Hoax juga menjadi
senjata untuk saling menjatuhkan. Tentunya ingatan bangsa Indonesia belum
hilang terkait konstelasi sebuah pilkada beberapa waktu yang lalu.
Para pendukung dari semua pihak sering memproduksi berita hoax untuk
menjatuhkan lawan politik, atau sebaliknya membuat berita hoax yang bercita
rasa positif untuk menaikan citra tokoh yang didukung. Kemampuan berpikir
kritis sangat diperlukan dalam menyikapi berita hoax tersebut. Bernie Trilling
dan Charles Fadel dalam bukunya yang sama juga menuliskan salah satu
keterampilan abad 21 adalah kemampuan berpikir kritis.
Pendidikan mempunyai peran penting dalam mencetak genarasi yang
mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Sekolah jangan hanya
mencetak siswa yang pandai dalam mengingat dan menerapkan. Sekolah harus
mencetak siswa yang mempunyai kemampuan berpikir analitik, kritis, problem
solving, dan berpikir kreatif. Kegiatan disekolah perlu didesain untuk
mendukung tercetaknya siswa yang mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga perlu diarahkan untuk
mendukung terbentuknya siswa-siswa yang mampu berpikir analitik, kritis,
problem solving, dan kreatif.
·
Pengembangan
soal High Order Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan berfikir tingkat tinggi
memerlukan berbagai kriteria, baik dari segi bentuk soalnya maupun konten
materi subyeknya. Teknik penulisan soal-soal HOTS baik yang berbentuk pilihan
ganda atau uraian secara umum sama dengan penulisan soal tingkat rendah, tetapi
ada beberapa ciri yang membedakannya. Ada beberapa cara yang dapat dijadikan
pedoman oleh para penulis soal untuk menulis butir soal yang menuntut berpikir
tingkat tinggi, yakni materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku
misalnya sesuai dengan ranah kognitif Bloom dan setiap pertanyaan diberikan
dasar pertanyaan (stimulus) dan soal mengukur kemampuan berpikir kritis.
Agar butir soal yang ditulis dapat menuntut kemampuan berpikir tingkat
tinggi, maka setiap butir soal selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus)
yang berbentuk sumber/bahan bacaan seperti: teks bacaan, paragrap, kasus,
gambar, grafik, foto, rumus, tabel, daftar kata/symbol, contoh, peta, film,
atau suara yang direkam.
Eduksi membagi pembuatan soal HOTS menggunakan Taksonomi Bloom, ada
Beberapa ketentuan untuk membuat soal HOTS dan contoh indikator soalnya adalah
sebagai berikut.
1).
Menfokuskan pada pertanyaan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah data (missal: masalah, aturan, gambar, atau eksperimen dan
hasilnya, peserta didik dapat menentukan masalah utama, kriteria yang digunakan
untuk mengevaluasi kualitas, kebenaran argumen atau kesimpulan berdasarkan data
tersebut.
2).
Menganalisis argumen
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi sebuah situasi atau satu/dua
argumentasi, peserta didik dapat: (1) menyimpulkan argumentasi secara cepat,
(2) memberikan alasan yang mendukung argumen yang disajikan, (3) memberikan
alasan tidak mendukung argumen yang disajikan.
3).
Mempertimbangkan yang dapat dipercaya
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks argumentasi, produk iklan,
atau eksperimen dan interpretasinya, peserta didik menentukan bagian yang dapat
dipertimbangan untuk dapat dipercaya (atau tidak dapat dipercaya), serta
memberikan alasannya.
4).
Mempertimbangkan laporan observasi
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi konteks, laporan observasi,
atau laporan observer, peserta didik dapat mempercayai atau tidak terhadap
laporan itu dan memberikan alasannya.
5). Membandingkan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan
kepada peserta didik adalah benar dan pilihannya terdiri dari: (1) satu
kesimpulan yang benar dan logis, (2) dua atau lebih kesimpulan yang benar dan
logis, peserta didik dapat membandingkan kesimpulan yang sesuai dengan
pernyataan yang disajikan atau kesimpulan yang harus diikuti.
6).
Menentukan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan
kepada peserta didik adalah benar dan satu kemungkinan kesimpulan, peserta
didik dapat menentukan kesimpulan yang ada itu benar atau tidak, dan memberikan
alasannya.
7).
Mempertimbangkan kemampuan induksi
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan, informasi/data, dan
beberapa kemungkinan kesimpulan, peserta didik dapat menentukan sebuah
kesimpulan yang tepat dan memberikan alasannya.
8).
Menilai
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi sebuah situasi, pernyataan
masalah, dan kemungkinan penyelesaian masalahnya, peserta didik dapat
menentukan solusi yang positif dan negatif, atau solusi mana yang paling tepat
untuk memecahkan masalah yang disajikan, dan dapat memberikan alasannya.
9) . Mendefinisikan Konsep
Contoh indikator soal: Disajikan pernyataan situasi dan
argumentasi/naskah, peserta didik dapat mendefinisikan konsep yang dinyatakan.
10). Mendefinisikan asumsi
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah argumentasi, beberapa pilihan
yang implisit di dalam asumsi, peserta didik dapat menentukan sebuah pilihan
yang tepat sesuai dengan asumsi.
11) Mendeskripsikan
Contoh indikator
soal: Disajikan sebuah teks persuasif, dialog, produk iklan, segmen dari video
klip, peserta didik dapat mendeskripsikan pernyataan yang dihilangkan.
![]() |
D. Langkah-Langkah
Penyusunan Soal HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan
perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar
pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang
diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran
tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan
soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal
(kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan
situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan.Berikut dipaparkan langkahlangkah penyusunan soal-soal HOTS.
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Langkah pertama guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
Tidak semua KD dapat dibuat model-model soal HOTS. Pemilihan KD jangan hanya
melihat KKO pada KD tersebut,karena KKO pada KD hanya merupakan tuntutan
awal yang harus diperkaya dengan subtansi-subtansi..
2. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam
menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk
memandu guru dalam: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b)
memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan
indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong peserta didik
untuk membaca stimulus.Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah
dibaca oleh peserta didik.Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang
sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarikdan mendorong
peserta didik untuk membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih
stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal
HOTS.Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan
butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan
pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu
soal, sesuai format terlampir.
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman
penskoran atau kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal
uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan
ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.
Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan
perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar
pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang
diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran
tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan
soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal
(kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan
situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan.Berikut dipaparkan langkahlangkah penyusunan soal-soal HOTS.
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Langkah pertama guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
Tidak semua KD dapat dibuat model-model soal HOTS. Pemilihan KD jangan hanya
melihat KKO pada KD tersebut,karena KKO pada KD hanya merupakan tuntutan
awal yang harus diperkaya dengan subtansi-subtansi..
2. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam
menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk
memandu guru dalam: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b)
memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan
indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong peserta didik
untuk membaca stimulus.Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah
dibaca oleh peserta didik.Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang
sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarikdan mendorong
peserta didik untuk membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih
stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal
HOTS.Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan
butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan
pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu
soal, sesuai format terlampir.
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman
penskoran atau kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal
uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan
ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.
![]() |
KARTU SOAL NOMOR
(URAIAN)
Mata Pelajaran :
……………………………………………………..
Kelas/semester :
……………………………………………………..
Kurikulum :
……………………………………………………..
Kompetensi
Dasar :
Materi :
Indikator
Soal :
Level
Kognitif :
|
Soal :
Daya pereduksi
dan daya pengoksidasi berkaitan dengan kecenderungan melepas atau menyerap
elektron. Zat pereduksi (reduktor) melepas elektron pada reaksi redoks,
sedangkan zat pengoksidasi (oksidator) menyerap elektron. Jadi, makin mudah
suatu spesi melepas elektron makin kuat daya pereduksinya. Sebaliknya, makin
kuat menyerap elektron makin kuat daya pengoksidasinya.Makin besar (makin
positif) harga potensial elektrode, makin mudah mengalami reduksi,
sebaliknya makin kecil (makin negatif) harga potensial elektrode, makin mudah
teroksidasi.Harga potensial elektrode dari beberapa unsur periode ketiga adalah
sebagai berikut.
sebaliknya makin kecil (makin negatif) harga potensial elektrode, makin mudah
teroksidasi.Harga potensial elektrode dari beberapa unsur periode ketiga adalah
sebagai berikut.
Na+ (aq) + e ↔ Na(s) E0 = -2,71 volt
Mg2+ (aq) + 2e ↔ Mg (s) E0 = -2,37 volt
Al3+ (aq) + 3e ↔ Al (s) E0 = -1,66 volt
CI2 (g) + 2e ↔ 2Cl– (aq) E0 = + 1,36 volt
Mg2+ (aq) + 2e ↔ Mg (s) E0 = -2,37 volt
Al3+ (aq) + 3e ↔ Al (s) E0 = -1,66 volt
CI2 (g) + 2e ↔ 2Cl– (aq) E0 = + 1,36 volt
Diketahui unsur X, Y, danZ merupakan unsur periode ketiga.Berikut merupakan
data hasil reaksi ketiga unsur tersebut sebagai berikut :
1) Unsur X dapat larut dalam larutan HCl maupun dalam larutan NaOH;
2) Unsur Y dapat bereaksi dengan air membebaskan hidrogen;
3) Sedangkan unsur Z tidak bereaksi dengan air tetapi oksidanya dalam air
dapat memerahkan lakmus biru.
data hasil reaksi ketiga unsur tersebut sebagai berikut :
1) Unsur X dapat larut dalam larutan HCl maupun dalam larutan NaOH;
2) Unsur Y dapat bereaksi dengan air membebaskan hidrogen;
3) Sedangkan unsur Z tidak bereaksi dengan air tetapi oksidanya dalam air
dapat memerahkan lakmus biru.
Jelaskanlah sifat reduktor dari yang paling lemah ke yang paling
kuat!
PEDOMAN
PENSKORAN :
No.
|
Uraian jawaban/Kata kunci
|
Skor
|
1.
|
Unsur X dapat bereaksi
dengan larutan asam maupun basa, berarti unsur X bersifat amfoter (sesuai
dengan sifat unsur Al).
Unsur Y dapat bereaksi dengan air membebaskan hidrogen, berarti unsur B memiliki sifat reduktor yang kuat dan terletak bagian kiri dalam periode ketiga (sesuai dengan sifat Na) Oksida unsur Z dalam air memerahkan lakmus biru berarti bersifat asam, berarti dalam periode ketiga terletak bagian kanan (sesuai dengan unsur (P, S dan Cl). Sehingga letak ketiga unsur tersebut dalam system periodik adalah : Y-X-Z, sifat reduktor Y > X > Z, sehingga urutannya dari sifat reduktor yang lemah ke sifat reduktor yang lebih kuat adalah : Z < X < Y |
20
|
2
|
Unsur X dapat bereaksi
dengan larutan asam maupun basa, (sesuai dengan sifat unsur Al).
Unsur Y dapat bereaksi dengan air, berarti unsur B memiliki sifat reduktor yang kuat dan terletak bagian kiri dalam periode ketiga (sesuai dengan sifat Na) Oksida unsur Z dalam air memerahkan lakmus biru berarti bersifat asam, berarti dalam periode ketiga terletak bagian kanan (sesuai dengan unsur (P, S dan Cl). Sifat reduktor Y > X > Z, sehingga urutannya dari sifat reduktor yang lemah ke sifat reduktor yang lebih kuat adalah : Z < X < Y |
15
|
3
|
Unsur X dapat bereaksi
dengan larutan asam maupun basa, (sesuai dengan sifat unsur Al).
Unsur Y dapat bereaksi dengan air membebaskan hidrogen, berarti unsur B memiliki sifat reduktor yang kuat Oksida unsur Z dalam air memerahkan lakmus biru berarti berifat asam, berarti (sesuai dengan unsur (P, S dan Cl). Sehingga letak ketiga unsur tersebut dalam system periodik adalah : Y-X-Z, sifat reduktor Y > X > Z, sehingga urutannya dari sifat reduktor yang lemah ke sifat reduktor yang lebih kuat adalah : Z < X < Y |
10
|
4
|
Unsur X sesuai dengan
sifat unsur Al.
Unsur Y memiliki sifat reduktor yang kuat sesuai dengan sifat Na Oksida unsur Z dalam air memerahkan lakmus biru (sesuai dengan unsur (P, S dan Cl). Sehingga letak ketiga unsur tersebut dalam system periodik adalah : Y-X-Z, sifat reduktor Y > X > Z, sehingga urutannya dari sifat reduktor yang lemah ke sifat reduktor yang lebih kuat adalah : Z < X < Y |
5
|
5
|
Jika tidak memenuhi jawaban dari 1
sampai 4
|
0
|
|
Total skor
|
|
Keterangan
:
Soal ini termasuk soal HOTS karena
mengukur kemampuan peserta didik dalam:
1) menelaah data percobaan sifat unsur berdasarkan hasil reaksi secara kritis,
2) memproses dan menerapkan informasi hasil reaksi,
3) menggunakandata percobaan untuk menyimpulkan urutan kekuatan sifat
reduktor dari yang lemah ke yang lebih kuat.
1) menelaah data percobaan sifat unsur berdasarkan hasil reaksi secara kritis,
2) memproses dan menerapkan informasi hasil reaksi,
3) menggunakandata percobaan untuk menyimpulkan urutan kekuatan sifat
reduktor dari yang lemah ke yang lebih kuat.
Permasalahan
1.
Sebulan lagi, siswa SMA akan
melaksanakan UN dimana ada soal HOTS ada didalamnya. Apakah ini adil? Karena belum
semua siswa daerah memiliki kemampuan berikir tingkat tinggi.
2.
Apa beda HOTS dengan kemampuan berpikir
kritis?
Gardner (Lazer, 2004) meyatakann, level high-order melibatkan diri pada pengintegrasian dan sintesis kecerdasan kedalam kehidupan nyata. Penguasaan ranah kecerdasan biasanya perwujudan dari penggunaan kecerdasan di kejuruan atau pecarian minat. Pada level ini siswa menyingkronkan nilai dan belajar bertanggungjawab untuk menciptakan di masa depan.
BalasHapusBerpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan (Noris & Enis, 1989).
Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi (Fisher and Sciven, 1997).
Menjawab permasalahan kedua, High order thinking skills ini meliputi di dalamnya kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan. Menurut King, high order thinking skills termasuk di dalamnya berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif, sedangkan menurut Newman dan Wehlage (Widodo, 2013:162) dengan high order thinking peserta didik akan dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas. Menurut Vui (Kurniati, 2014:62) high order thinking skills akan terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi baru dengan infromasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya dan mengaitkannya dan/atau menata ulang serta mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai suatu tujuan atau menemukan suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan. Tujuan utama dari high order thinking skills adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang kompleks (Saputra, 2016:91-92).
BalasHapusSedangkan kemampuan berpikir kritis adalah Menurut Wijaya (2010:72), berpikir kritis yaitu kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna.
Jadi kesimpulannya, menurut saya kemampuan berfikir tingkat tinggi (HOTS) memiliki tingkatan lebih tinggi dari pada berfikir kritis. Dimana dalam berfikir kritis dimana kemampuan ini mengarahkan menganalisis berbagai ide atau gagasan guna mendapatkan suatu jawaban yang lebih sempurna. Sedangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi setelah menganalisis berbagai gagasan maka dilakukanlah pengembangan dari gagasan tadi (berfikir kreatif).
sependapat dengan apa yang disampaiakan diatas, menurut saya kemampuan berfikir tingkat tinggi (HOTS) memiliki tingkatan lebih tinggi dari pada berfikir kritis. Dimana dalam berfikir kritis dimana kemampuan ini mengarahkan menganalisis berbagai ide atau gagasan guna mendapatkan suatu jawaban yang lebih sempurna. Sedangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi setelah menganalisis berbagai gagasan maka dilakukanlah pengembangan dari gagasan tadi (berfikir kreatif). namun pada soal UN tidak semuanya HOTS. itulah sebab nya UN tidak lagi menjadi satu-satunya penentu kelulusan.
HapusHigh Order Thinking Skills merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam
BalasHapuslevel kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode
kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi
bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian (Saputra, 2016:91).
High order thinking skills ini meliputi di dalamnya kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan
mengambil keputusan. Menurut King, high order thinking skills termasuk di dalamnya
berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif, sedangkan menurut Newman
dan Wehlage (Widodo, 2013:162) dengan high order thinking peserta didik akan dapat
membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik, mampu
memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi penjelasan, mampu berhipotesis dan
memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas.
Menurut Vui (Kurniati, 2014:62) high
order thinking skills akan terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi baru dengan
infromasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya dan mengaitkannya dan/atau
menata ulang serta mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai suatu tujuan
atau menemukan suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan.
sehingga kesimpulannya high order thinking skills adalah bagaimana meningkatkan
kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan
dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis
informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan
pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang
kompleks
saya akan mencoba menjawab pertanyaan rina, Sebulan lagi, siswa SMA akan melaksanakan UN dimana ada soal HOTS ada didalamnya. Apakah ini adil? Karena belum semua siswa daerah memiliki kemampuan berikir tingkat tinggi.
BalasHapusmenurut saya adanya soal berbasis HOTS sebenarnya justru akan baik untuk dapat melihat seberapa jauh tingkat keterampilan siswa dalam berpikir dan menjawab pertanyaan yang memiliki level tinggi. UN ini kan pada hakikatnya nanti digunakan salah satunya untuk proses evaluasi terhadap proses pendidikan yang ada di indonesia, sudah baik kah/apa yang perlu diperbaiki dan lain sebagainya.
tentunya dalam penyusunan butir soal pun tidak hanya ujug- ujug muncul tetapi melalui proses pertimbangan yang matang. maka dari itu karena HOTS ini sebenarnya bukanlah hal yang baru,jadi sebaiknya guru membantu/melatih-kembangkan HOTS siswa sehingga jika dihadapkan dengan soal HOTS nanti contohnya saat UN siswa akan dengan mudah mengerjakannya.
menanggapi permasalahan ini, bukan saol adil dan tidak adil. Adil tentunya bagi siswa yang telah dibekali oleh gurunya dengan pemahaman dan latihan soal HOTS. Tidak adil tentunya bagi siswa yang sama sekali belum dikenalkan dengan soal HOTS. Pada intinya, jika guru mampu menyajikan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang dituntut serta mampu menyusun instrumen soal dengan baik dan terstruktur yang dapat melatih daya fikir siswa, maka siswa akan mampu menyelesaikan soal -soal yang diberikan.
HapusKeterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) pada Taksonomi Bloom, merupakan urutan tingkat berpikir (kognitif) dari tingkat rendah ke tinggi. Pada ranah kognitifnya, HOTS berada pada level analisis, sintesis dan evaluasi. HOTS pertama kali dimunculkan pada tahun 1990 dan direvisi tahun 1990 agar lebih relevan digunakan oleh dunia pendidikan abad ke-21. HOTS versi lama terdiri dari kata benda yaitu: Pengetahuan, Pemahaman, Terapan, Analisis, Sintesis, Evaluasi. Sementara HOTS setelah direvisi menjadi kata kerja: Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta.
BalasHapusSedangkan Berfikir kritis menurut Schafersman, SD (1991) di dalam Mustaji, adalah pemikiran yang benar dalam kerangka pemahaman yang relevan dan reliabel tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir beralasan, berpikir, bertanggung jawab, kemampuan berpikir, yang mendukung pengambilan keputusan terhadap apa yang harus dilakukan atau dilakukan. Berpikir kritis adalah pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan informasi yang relevan, mengurutkan informasi secara efisien dan kreatif, menalar secara logis, hingga melampaui kesimpulan yang reliabel dan terpercaya.
Jika seseorang sudah mampu dalam berpikir tingkat tinggi maka seseorang tersebut mampu untuk berpikir kritis. Karna dalam HOTS terdapat keterampilan berpikir kreatif, kritis , problem solving, analisis , membuat keputusan dll
Apa beda HOTS dengan kemampuan berpikir kritis?
BalasHapusHigh order thinking skills meliputi di dalamnya kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan
mengambil keputusan. Jadi menurut saya berpikir kritis merupakan bagian daripada HOTS. Karna Jika seseorang sudah mampu dalam berpikir tingkat tinggi maka seseorang tersebut mampu untuk berpikir kritis.
Apa beda HOTS dengan kemampuan berpikir kritis?
HapusSaya sepndapat dengam kak melda, dimana High order thinking skills meliputi di dalamnya kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan
mengambil keputusan. Jadi menurut saya berpikir kritis merupakan bagian daripada HOTS. Karna Jika seseorang sudah mampu dalam berpikir tingkat tinggi maka seseorang tersebut mampu untuk berpikir kritis.
Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan (Noris & Enis, 1989).
BalasHapusBerpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi (Fisher and Sciven, 1997).
Gardner (Lazer, 2004) meyatakann, level high-order melibatkan diri pada pengintegrasian dan sintesis kecerdasan kedalam kehidupan nyata. Penguasaan ranah kecerdasan biasanya perwujudan dari penggunaan kecerdasan di kejuruan atau pecarian minat. Pada level ini siswa menyingkronkan nilai dan belajar bertanggungjawab untuk menciptakan di masa depan.
Jadi kesimpulannya, menurut saya kemampuan berfikir tingkat tinggi (HOTS) memiliki tingkatan lebih tinggi dari pada berfikir kritis.
saya akan menjawab pertanyaan dari rina :
BalasHapusApa beda HOTS dengan kemampuan berpikir kritis?
Menurut pendapat saya Pembelajaran yang menerapkan HOTS bercirikan transfer pengetahuan (transfer of knowledge), berpikir kritis dan kreatif (critical thinking dan creativity) serta penyelesaian masalah (problem solving). Hal-hal yang dipelajari oleh peserta didik dalam pembelajaran meliputi fakta, konsep, prosedur, dan metakognitif. sedangkan kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari HOTS, jadi kemampuan berpikir tingkat tinggi mempunyai tingkat analisis lebih tinggi dibandingkan kemampuan berpikir kritis.
untuk menjawab pertanyaan tentang apa beda HOTS dengan kemampuan berpikir kritis?, menurut saya High order thinking skills itu nama besar dari sutu kemampuan yang harus dimiliki siswa yang meliputi di dalamnya kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan. Jadi menurut saya berpikir kritis merupakan bagian daripada HOTS.
BalasHapusSebulan lagi, siswa SMA akan melaksanakan UN dimana ada soal HOTS ada didalamnya. Apakah ini adil? Karena belum semua siswa daerah memiliki kemampuan berikir tingkat tinggi.
BalasHapusmenurut saya upaya dari pemerintah untuk pemerataan penggunaan kurikulum 2013 sudah cukup baik. namun untuk keadilan tidak bisa dikatakan, karena ini adalah tuntutan.